- Get link
- X
- Other Apps
Gambar 1 : Susunan beton prategang sebelum dipasang
Beton adalah suatu material yang kuat dalam kondisi tekan, tetapi lemah dalam kondisi tarik. Kuat tariknya bervariasi dari 8-14 persen dari kuat tekannya. Beton tidak selamanya bekerja secara efektif di dalam penampang-penampang struktur beton bertulang, hanya bagian tertekan saja yang efektif bekerja, sedangkan bagian beton yang retak di bagian tertarik tidak bekerja efektif dan hanya merupakan beban mati yang tidak bermanfaat. Selain itu, retak-retak di sekitar baja tulangan berbahaya bagi struktur karena merupakan tempat meresapnya air dan udara luar ke dalam baja tulangan sehingga terjadi karatan. Putusnya baja tulangan akibat karatan akan berakibat fatal bagi struktur. Hal tersebut yang menyebabkan tidak dapatnya diciptakan struktur-struktur beton bertulang dengan bentang yang panjang secara ekonomis, karena terlalu banyak beban mati yang tidak efektif. Dikarenakan kekurangan tersebut maka timbullah gagasan untuk menggunakan kombinasi bahan beton, yaitu dengan memberikan pratekanan pada beton melalui kabel baja (rendon) yang ditarik atau biasa disebut beton pratekan.
Orang yang berjasa dan yang menemukan Beton pratekan pertama kali yaitu Eugene Freyssinet, merupakan seorang insinyur kebangsaann Perancis. Ia mengatakan bahwa metode untuk mengatasi rangkak, relaksasi dan slip pada jangkar kawat atau kabel maka digunakan beton dan baja kualitas bermutu tinggi. Beton prategang adalah beton yang mengalami tegangan internal dengan besar (akibat stressing) dan distribusi sedemikian rupa sehingga dapat mengimbangi sampai batas tertentu tegangan yang terjadi akibat beban eksternal (T.Y.Lin, 2000). Dalam beton prategang, baja sebelumnya ditarik terlebih dahulu untuk mencegah terjadinya pemanjangan yang berlebihan pada saat pembebanan, sementara beton ditekan terlebih dahulu untuk mencegah retak-retak akibat tegangan tarik. Dengan memanfaatkan momen sekunder akibat stressing untuk mengimbangi momen akibat beban luar tinggi komponen beton prategang berkisar antara 65% sampai 80% tinggi komponen beton bertulang pada bentang dan beban yang sama, dengan demikian beton prategang membutuhkan lebih sedikit beton dan sekitar 20% sampai 30% banyaknya tulangan (Edward G. Nawy, 2001).
Menurut Ir. Winarni Hadipratomo, 1994., terdapat dua prinsip yang berbeda dalam sistem penegangan pada beton prategang, yaitu :
a. Konstruksi dimana tendon ditegangkan dengan pertolongan alat pembantu sebelum beton dicor atau sebelum beton mengeras dan gaya prategang dipertahankan sampai beton cukup keras. Untuk ini dipakai istilah Pre-tensioned Prestress Concrete.
b. Konstruksi dimana setelah betonnya cukup keras, barulah bajanya yang tidak melekat pada tendon diberi tegangan. Konstruksi ini disebut Post-tensioned Prestress Concrete.
Gambar 2 : Proses pemasangan tendon dan memberikan gaya prategang.
Gambar 3 : Proses pemasangan tendon dan memberikan gaya prategang.
· Kontrol Tegangan pada setiap tahap pelaksanaan harus dicek dahulu agar memenuhi syarat tegangan ijin tarik maupun tekan, yang terjadi pada saat beban segera setelah peralihan maupun saat pembebanan segera setelah terjadi peralihan atau pada saat beban kerja sudah bekerja ditambah dengan beban-beban mati tembahan lainnya (tegangan ijin sesaat setelah penyaluran gaya prategang dan setelah kehilangan prategang). Pengecekan ini dilakukan untuk mengetahui apakah tendon yang terpasang memiliki tegangan yang sesuai dengan kapasitas tegangan ijin beton dalam memikul momen yang terjadi. Sebelum pengecekan dilakukan, maka momen-momen yang terjadi pada setiap tahapan harus dihitung terlebih dahulu.
·
Beton
Prategang
Beton bertulang
merupakan suatu rangkaian tulangan beton yang telah diberikan tegangan tekan
berbentuk tendon untuk mengurangi tegangan tarik potensial dalam beton akibat
beban kerja yang terjadi.
· Tegangan Ijin Beton Prategang Sebelum menetukan gaya awal pretegang yang terjadi harus terlebih dahulu dihitung tegangan ijin pada balok prategang baik tegangan ijin beton maupun tegangan ijin baja sesuai SNI 03-2847-2002. Dimensi penampang Perhitungan mengenai dimensi penampang juga diperlukan sebelum melakukan analisa gaya awal prategang yang terjadi. Pada analisa dimensi penampang selain menghitung penampang sesudah komposit juga memperhitungkan letak kern pada balok yang hendak digunakan untuk desain tata letak tendon. Data dan perancangan : - Dimensi balok pratekan 40 / 60 cm - Bw = 40 cm dan h = 60 cm dengan tebal pelat = 12 cm - Panjang balok prategang 1500 cm - d’ (jarak serat terluar tarik hingga titik berat tendon) = 7,5 cm (Sesuai SNI 03-2847-2002). Mencari Momen Akibat Berat Sendiri dan Komposit 1. Akibat Berat Sebelum Komposit Beban yang terjadi pada saat sebelum komposit adalah berupa berat sendiri balok sebagai beban terbagi rata.
· Tegangan Ijin Beton Prategang Sebelum menetukan gaya awal pretegang yang terjadi harus terlebih dahulu dihitung tegangan ijin pada balok prategang baik tegangan ijin beton maupun tegangan ijin baja sesuai SNI 03-2847-2002. Dimensi penampang Perhitungan mengenai dimensi penampang juga diperlukan sebelum melakukan analisa gaya awal prategang yang terjadi. Pada analisa dimensi penampang selain menghitung penampang sesudah komposit juga memperhitungkan letak kern pada balok yang hendak digunakan untuk desain tata letak tendon. Data dan perancangan : - Dimensi balok pratekan 40 / 60 cm - Bw = 40 cm dan h = 60 cm dengan tebal pelat = 12 cm - Panjang balok prategang 1500 cm - d’ (jarak serat terluar tarik hingga titik berat tendon) = 7,5 cm (Sesuai SNI 03-2847-2002). Mencari Momen Akibat Berat Sendiri dan Komposit 1. Akibat Berat Sebelum Komposit Beban yang terjadi pada saat sebelum komposit adalah berupa berat sendiri balok sebagai beban terbagi rata.
Momen yang terjadi akibat berat sendiri sebelum komposit diasumsikan sebagai momen pada perletakan sendi-sendi karena balok beton pratekan dibuat terlebih dahulu, sebelum ada beban dari kolom diatas balok pratekan (kolom monolit dibuat setelah balok pratekan selesai dibuat pada saat setelah komposit). Akibat Beban Mati dan Hidup Setelah Komposit Sedangkan beban-beban setelah komposit terdiri dari berat sendiri balok, berat sendiri pelat ditambah komponen-komponen yang berada diatas pelat (pelat lantai karena letak balok prestress berada pada lantai 6), selain itu terdapat pula beban akibat reaksi perletakan pada salah satu sisi balok prestress yang direncanankan. Beban hidup yang bekerja dihitung sebesar 100 kg/m2 pada tiap luasan pelat yang mampu menampung beban hidup yang terjadi karena ruangan dipakai untuk ruangan meeting.
· Kontrol Tegangan pada setiap tahap pelaksanaan harus dicek dahulu agar memenuhi syarat tegangan ijin tarik maupun tekan, yang terjadi pada saat beban segera setelah peralihan maupun saat pembebanan segera setelah terjadi peralihan atau pada saat beban kerja sudah bekerja ditambah dengan beban-beban mati tembahan lainnya (tegangan ijin sesaat setelah penyaluran gaya prategang dan setelah kehilangan prategang). Pengecekan ini dilakukan untuk mengetahui apakah tendon yang terpasang memiliki tegangan yang sesuai dengan kapasitas tegangan ijin beton dalam memikul momen yang terjadi. Sebelum pengecekan dilakukan, maka momen-momen yang terjadi pada setiap tahapan harus dihitung terlebih dahulu.
· Pekerjaan Grouting merupakan suatu proses saat pengisian rongga udara antara strand dengan duct dan rongga pada bagian dalam casting dengan bahan grout. bertujuannya dalam menjaga dan megantisipasi terjadi korosi dan untuk mengikat strand dengan beton disekelilingnya menjadi satu kesatuan. Menggunakan suatu campuran yang terdiri dari semen dengan air dan ditambahkan bahan non shrinkage additives.
· Kehilangan Prategang Langsung meliputi 4 hal, yaitu akibat perpendekan elastis, akibat pengangkuran, akibat gesekan (Woble efek) dan akibat kekangan kolom. Pada subbab ini keempat hal tersebut akan dibahas lebih mendetail. Kehilangan prategang Akibat Perpendekan Elastis Akibat dari gaya jacking yang terjadi oleh tendon prategang maka beton akan mengalami perpendekan elastis (karena tekanan gaya prestress yang cukup besar), struktur balok akan memendek dan kabel juga akan ikut mengalami perpendekan yang menyebabkan berkurangnya gaya prategang awal. Namun pada konstruksi pasca tarik dengan satu tendon saja kehilangan akibat elastisitas beton sangatlah kecil dan cenderung diabaikan, karena penarikan kabel hanya terjadi satu kali dan kehilangan akibat tarikan tendon terakhir. Sehingga kehilangan prategang akibat perpendekan elastis tidak perlu diperhitungkan.
· Kontrol Lendutan adalah Kemampuan layan struktur beton prategang ditinjau dari perilaku defleksi komponen tersebut. Elemen beton prategang memiliki dimensi yang lebih langsing dibanding beton bertulang biasa sehingga kontrol lendutan sangat diperlukan untuk memenuhi batas layan yang disyaratkan.
· Kontrol Tegangan pada setiap tahap pelaksanaan harus dicek dahulu agar memenuhi syarat tegangan ijin tarik maupun tekan, yang terjadi pada saat beban segera setelah peralihan maupun saat pembebanan segera setelah terjadi peralihan atau pada saat beban kerja sudah bekerja ditambah dengan beban-beban mati tembahan lainnya (tegangan ijin sesaat setelah penyaluran gaya prategang dan setelah kehilangan prategang). Pengecekan ini dilakukan untuk mengetahui apakah tendon yang terpasang memiliki tegangan yang sesuai dengan kapasitas tegangan ijin beton dalam memikul momen yang terjadi. Sebelum pengecekan dilakukan, maka momen-momen yang terjadi pada setiap tahapan harus dihitung terlebih dahulu.
· Pekerjaan Grouting merupakan suatu proses saat pengisian rongga udara antara strand dengan duct dan rongga pada bagian dalam casting dengan bahan grout. bertujuannya dalam menjaga dan megantisipasi terjadi korosi dan untuk mengikat strand dengan beton disekelilingnya menjadi satu kesatuan. Menggunakan suatu campuran yang terdiri dari semen dengan air dan ditambahkan bahan non shrinkage additives.
· Friksi
kelengkungan
Suatu akibat dari friksi
yang dibengkokkan atau lengkungan di dalam profil tendon prategang saat proses
tegangan dilakukan berdasarkan seperti yang disyaratkan.
·
Friksi
Wobble
Akibat terjadinya friksi
wobble karena adanya penyimpangan yang tidak disengaja pada saat penempatan
tendon.
selongsong prategang
dari kedudukan yang seharusnya
·
Gaya
Jacking
Proses yang dilakukan
saat tendon sudah terpasang dan diberikan gaya sementara yang ditimbulkan oleh
alat yang mengakibatkan terjadinya tarik pada tendon dengan mengikuti tahapan -
tahapan saat pemasangan berlangsung dalam beton prategang.
·
Pasca
tarik
Saat setelen gaya
Jacking sudah terjadi maka dilakukan pemberian tarikan , karena dalam sistem
prategang dimana tendon ditarik sesudah beton sudah mengeras dan mencapai batas
waktu yang telah di tetapkan yang menjadi standar dalam dunia konstruksi
terhadap umur beton.
·
Perangkat
angkur
Suatu alat yang
digunakan sebagai perangkat dalam proses pemberian gaya Jacking dan biasa
digunakan pada sistem prategang pasca tarik untuk menyalurkan gaya pasca tarik
dari tendon ke beton prategang.
·
Pra-tarik
Proses dalam pemberian
gaya prategang dengan menarik tendon dan posisi terkunci sebelum beton dicor,
hal ini merupakan kebalikan dari Pasca tarik dimana kondisi beton sudah siap
dilakukan pengecoran terlebih dahulu. Hal semacam ini yang harus dipahami agar
saat proses pengerjaan tidak ada hambatan.
·
Prategang
efektif
Suatu kondisi tegangan
yang masih bekerja pada tendon setelah semua kehilangan tegangan terjadi, di
luar pengaruh beban mati dan beban tambahan pada suatu konstruksi.
· Tendon
Merupakan suatu elemen
baja yang di desain sedemikian rupa sebagai alat yang mempunyai fungsi terhadap
pengaplikasian dalam bentuk yang kokoh misalnya kawat baja, kabel batang, kawat
untai atau suatu bundel dari elemen - elemen tersebut, yang digunakan untuk
memberi gaya prategang pada beton.
·
Tendon
dengan Lekatan
Sebagai bagian item pekerjaan
kawat tendon prategang yang direkatkan pada beton baik secara langsung maupun
dengan cara grouting.
·
Transfer
Proses penyaluran
tegangan dalam tendon prategang dari Jacking atau perangkat angkur pasca tarik
kepada komponen struktur beton yang sudah terpasang.
·
Tulangan
Salah satu bagian lain
yaitu batang baja berbentuk polos atau berbentuk ulir atau berbentuk pipa yang
berfungsi untuk menahan gaya tarik pada komponen struktur beton, tidak termasuk
tendon prategang, kecuali bila secara khusus diikut sertakan saat pengerjaan.
·
Zona
angkur
Bagian komponen struktur
prategang pasca tarik dimana gaya prategang terpusat disalurkan ke beton dan
disebarkan secara lebih merata ke seluruh bagian penampang. Panjang daerah zona
angkur ini adalah sama dengan dimensi terbesar penampang. Terhadap perangkat
angkur tengah, zona angkur mencakup suatu daerah yang terganggu di posisi depan
dan di posisi belakang perangkat angkur tersebut.
Momen Retak Perhitungan kuat ultimate dari balok prategang harus memenuhi persyratan SNI 03-2847-2002 pasal 20.8.3, jumlah total baja tulangan non prategang dan prategang harus cukup untuk dapat menghasilkan beban terfaktor paling sedikit 1,2 beban retak yang terjadi berdasarkan nilai modulus retak sebesar 0,7 √𝑓𝑐, sehingga didapat ϕMn ≥ 1,2 MCr dengan nilai ϕ = 0,85. Perhitungan momen retak dan momen batas akan dibahas menjadi dua yaitu untuk tumpuan dan lapangan. Karena kebutuhan tulangan lunak pada daerah tumpuan lebih dibutuhkan mengingat kontrol tarik pada daerah tumpuan tidak memenuhi syarat.
Selain itu pada serat atas sedangkan pada
lapangan tegangan tarik terjadi pada serat
bawah. Momen retak adalah momen yang
mengkasilkan retak – retak rambut pertama
pada balok prategang dihitung dengan teori
elastic, dengan menganggap bahwa retak mulai
terjadi saat tarik pada serat beton
mencapai modulus keruntuhannya. Yang perlu
diperhatikan pula bahwa modulus keruntuhan
hanyalah merupakan ukuran permulaan retak rambut
pertama yang sering kali terlihat oleh mata secara langsung. Nilai momen
retak dapat dihitung sebagai berikut
(dengan asumsi tanda (+) adalah serat yang mengalami
tekan) Penulangan Non-Prategang Beban gempa pada
komponen balok beton prategang untuk nilai momen
positif dipikul sepenuhnya oleh tulangan lunak balok (tulangan lentur
tambahan). Sedangkan momen negatifnya 25% dipikul oleh tendon prestress
dengan mengandalkan eksentrisitas tumpuan untuk
melawan momen negatif akibat gempa, sedangkan
75% momen negatif akibat gempa dipikul oleh
tulangan lunak (serat atas). Hal ini
sesuai dengan ACI 2008 pasal 21.5.2
mengenai pembagian gaya gempa pada komponen
prestress.
___________________________________________________________________
- Get link
- X
- Other Apps
Comments
Post a Comment